MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN
(Sekolah Adiwiyata, Berpikir Kritis, dan Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan)
Nubatukan,2 Agustus 2025-Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Tingkat Sekolah dilaksanakan di SMP Negeri 4 Nubatukan. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dra. Nonna Maria Sina Boleng selaku Kepala Satuan Pendidikan (Jumat, 01/08/2025). Kegiatan MPGM menghadirkan tiga pemateri utama di hari pertama, yakni: Michael Alexander Raring, Bibiana Perada Bali, S. Pd, dan Yohanes Kia Wuwur S. Pd.
Bertolak dari kenyataan yang terus berubah dari waktu ke waktu, Ibu Kepala Sekolah dalam kata sambutannya menegaskan bahwa kegiatan MGMP tidak hanya menjadi rutinitas dan ritual tetap awal tahun pembelajaran tetapi lebih kepada tanggapan para tenaga pendidik dan kependidikan dalam menghadapi tantangan zaman. Khususnya, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurikulum Pendidikan Indonesia semenjak adanya perubahan kabinet. Selain itu, Ibu kepala juga mengajak para tenaga pendidik dan kependidikan untuk tidak melihat perubahan-perubahan ini menjadi sebuah beban yang harus dipikul dalam menjalankan tugas melainkan sebagai sebuah kesempatan untuk belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi diri dalam menjawabi tuntutan dunia yang semakin kompleks. Bahwa hari ini, tugas tenaga pendidik dan kependidikan tidak hanya di dalam kelas atau terbatas dalam hal-hal yang bersifat administratif melainkan lebih kepada mempersiapkan para peserta didik untuk melihat realitas secara lebih objektif dan bagaimana cara untuk menanggapi dan menghadapinya.
Mempertegas ajakan Ibu Kepala Sekolah, Michael Alexander Raring, pemateri sekaligus ketua komite SMP Negeri 4 Nubatukan – dalam materinya Adiwiyata di Sekolah – membeberkan salah satu realitas konkret yang membutuhkan perhatian penuh dari seluruh warga sekolah yakni lingkungan sekolah itu sendiri. Sekolah hanya akan menjadi sebuah rumah yang aman dan nyaman jika lingkungan sekolah mendukung proses pembelajaran yang terlaksana. Salah satu cara yang ditawarkan dalam kesempatan ini adalah pihak sekolah perlu menghadirkan program adiwiyata. Selanjutnya, beliau menegaskan bahwa dengan adanya program adiwiyata, sekolah bukan lagi sekadar tempat belajar, tapi juga wadah pembentukan karakter peduli lingkungan. Kegiatan seperti memilah sampah, menanam pohon, hemat energi, dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi bagian dari keseharian yang mendidik peserta didik menjadi agen perubahan.
Sejalan dengan pemikiran di atas, Bibiana Perada Bali, S. Pd – dalam materinya Berpikir Kritis – menambahkan bahwa menjadi agen perubahan dalam lingkungan sekolah hanya dapat terlaksana jika para tenaga pendidik dan kependidikan menghidupi dan mengembangkan pola berpikir kritis. Dalam penjelasannya, Ibu Bibi membagi pola pikir menjadi dua bagian yakni pola pikir tetap dan pola pikir bertumbuh. Pola pikir tetap adalah orang yang berkeyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan seseorang bersifat bawaan dan tidak dapat diubah. Sebaliknya, pola pikir bertumbuh adalah kemampuan dan kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan ketekunan. Dengan menghidupi kemampuan pola pikir bertumbuh, orang akan melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, serta tidak takut menghadapi kegagalan karena menganggapnya sebagai bagian dari sebuah proses.
Salah satu contoh menghidupi pola pikir bertumbuh dalam mempersiapkan peserta didik sebagai agen perubahan di masa yang akan datang adalah dengan cara merubah metode pembelajaran yang pasif menjadi interaktif, demikian tandas Yohanes Kia Wuwur, S. Pd sebagai pemateri terakhir. Dalam materinya – Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan – Beliau memberikan pelatihan penggunaan platform Wayground dan Gemini Ai sebagai media yang membantu guru dalam proses penyampaian materi di dalam kelas. Menurutnya, Platform tersebut dapat menciptakan proses pembelajaran yang semulanya pasif menjadi aktif, bermakna dan menyenangkan. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada peserta didik itu sendiri. Guru menjadi fasilitator dan murid menjadi subjek dalam proses pembelajaran. Dampak lainnya adalah para peserta didik diperbiasakan untuk mengenal seluruh fitur pendidikan dan pembelajaran yang selama ini tersembunyi dalam platform digital. Dalam kesempatan terakhir itu, Yohanes mengajak seluruh tenaga pendidik untuk tetap meng-upgrade-diri secara terus menerus mulai dari pola pikir sampai kepada tindakan di dalam kelas untuk mempersiapkan tunas bangsa sebagai agen perubahan yang unggul di masa yang akan datang-(Kontributor : Adolfus F.K Tupen).


.jpeg)
0 Komentar